AKU BUKANLAH MEREKA
Oleh : Iva Yustika
Cahya
Diawali
dengan hampa, kosong, bingung
Tak
tahu apa yang harus dilakukan
Tak
tahu aku harus bagaimana
Saatku
mendengar kata PUISI
Kata ini sudah tak asing terdengar
Kata ini sudah tak asing terdengar
Tetapi
satu hal yang aku tanyakan
Dari
manakah kata-kata indah nan menawan yang terdapat disetiap bait puisi itu
didapat?
Yang
mampu membius ribuan pasang mata yang membawa dan ribuan pasang telinga yang
mendengar
Lalu
hasratku ingin mencoba
Ku
ambil penaku dan ku siapkan secarik kertas putih
Aku
pun memulainya . . .
Waktu
terus berjalan
Suara
alunan musik nan lembut setia menemani setiap gerak-gerikku
Tak
sadar satu jam dua jam tiga jam berlalu
Tetapi
tak satu pun ku melihat goresan di kertas itu
Penaku
hanya mampu berdiri tegak di sudut kertas itu
Tanganku
terlalu lemah untuk menggerakkannya
Pikiranku
tak karuan
Kata-kata
itu bermunculan satu per satu berlalu lalang di dalam pikiranku
Tapi
aku tak sanggup merangkainya
Dan
penaku pun tak sanggup lagi berdiri
Lalu
apa yang harus aku tulis?
Ku
tanya pada sekelilingku
Tapi
mereka hanya diam membisu
Haruskah
aku membiarkan kertas ini tetap putih bersih?
Aku
tidak tahu lagi
Aku
mulai putus asa
Akhirnya
aku menyadari
Bahwa
aku bukanlah seorang pujangga
Yang
pandai merangkai kata-kata indah
Aku
bukanlah seorang seniman kata
Yang
mampu mengolah kata-kata yang dapat menyihir setiap jiwa
Dan
aku bukanlah mereka
Yang
pandai melenggak lenggokkan pena mereka di atas kertas
Karena
Aku bukanlah mereka…
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus